Minggu, 02 Juni 2013

FAIROZ Si ISTIMEWA

Sulungku  ini sangat istimewa bagiku. kecerdasannya biasa. tapi kemampuan interaksi sosialnya ( aku menyebutnya begitu, karena tidak kompeten ilmu psikologi) dari kecilnya sudah bisa diandalkan. Mulai TK sudah ku sekolahkan di lembaga di luar  kampung. yang artinya dia terpisah dari teman-teman sepermainannya di rumah. dan tidak ada kendala baginya. Masuk SD, ku sekolahkan ia ke tempat yang lebih jauh lagi, ke luar kota yakni ke SD Muhammadiyah 15 Surabaya yang berjarak sekitar 20 KM dari rumah. dan lagi-lagi  tak masalah baginya tuk mendapat teman baru.

Pun jika ada even-even tertentu, macam: lomba, acara sekolah outdor, tampil di depan kelas atau lainnya, tanpa ada teman yang dikenal atau tanpa disertai orang tua, ia tak kenal minder. Mungkin hal itu adalah sesuatu yang biasa dan wajar-wajar saja. tapi bagiku, seorang ibu yang mengagumi buku-buku parenting, itu sangat berarti.

Kini setelah di akhir kelas 3 ini. Ia mulai terpisah dari teman-teman semobil jemputan sekolah yang biasa bareng-bareng pulang. karena adanya misskomunikasi antara saya dan pihak penjemput. Sehingga saya pilih nyamannya saja dan memutuskan untuk menjemput putraku, Fairoz, sendiri. Dengan hati galau, menyesal dan merasa bersalah karena memisahkan Fairoz dengan 5 teman jemputan sekolahnya, pelan-pelan aku jelaskan dan menanyakan bagaimana perasaannya ketika sekarang pulangnya tidak lagi bersama teman-temannya seperti biasa.

Dan subhanalloh! di luar dugaanku ia jawab tanpa beban :" ndak apa-apa Ma, biasa". Aku pastikan lagi dengan bertanya : "ndak sedih biasanya kakak bareng pulang, bergurau sama teman-teman jemputan?". ia jawab tanpa ragu :" ndak. Aku lebih seneng dijemput ayah sendiri, naik sepeda". Seketika itu aku langsung plongggg.......trimakasih kakak! kau terasa sangat melonggarkan hati Mama. 

Sampai sekarang aku masih penasaran, kenapa si kakak bisa punya mental sosial sekuat itu. Masih coba-coba mengingat model pengasuhanku dulu, sehingga bisa terbentuk karakter positif tersebut. Dan kini ingin aku ulang lagi "ketidaksengajaan" model pengasuhan itu untuk si bungsu, Hilwa,yang sudah berumur 3 tahun. Semoga belum terlambat memulai!.